Meteor Orionid (Foto: astronet.ru)
"Hujan meteor Orionid pada pertengahan Oktober, puncaknya sekitar pekan ketiga Oktober," ujar peneliti utama astronomi dan astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Dr Tjomas Djamaluddin pada detikcom, Rabu (21/10/2009).
Hujan meteor yang terjadi selama sepekan ini, imbuhnya, terjadi karena Bumi melintasi lintasan Komet Halley. Nah, meteor yang berhamburan itu sejatinya adalah sisa-sisa debu Komet Halley, yang muncul setiap 76 tahun sekali.
"Kalau malam cerah, kita bisa melihat bintang jatuh dari arah Rasi Orion, ada 4 bintang dengan 3 bintang di tengah. Tepat di atas kepala kita," jelasnya.
Saking derasnya, bisa disaksikan beberapa puluh meteor dalam satu jam. "Waktu yang paling baik adalah tengah malam hingga subuh," imbuh dia.
Hujan meteor itu bisa disaksikan dengan mata telanjang. Sedangkan dengan bantuan teleskop, malah lebih sulit karena sudut pandangnya sempit.
"Bintang jatuhnya seperti kembang api," jelas Thomas.
Sayangnya, di kota-kota besar seperti Jakarta yang banyak pendar cahaya, utamanya dari gedung-gedung bertingkat, agak mengganggu pengamatan terhadap hujan meteor ini.
"Kalau memungkinkan cari wilayah sepi, gelap dan tak terlalu banyak lampu, agar tak terganggu polusi cahaya," sarannya.
http://www.detiknews.com/read/2009/10/21/171301/1225886/10/hujan-meteor-orionid-pada-17-25-oktober-di-tengah-malam
No comments:
Post a Comment